Pecinta Alam - Aktivitas mendaki gunung akhir-akhir ini nampaknya bukan lagi merupakan
suatu kegiatan yang langka, artinya tidak lagi hanya dilakukan oleh
orang tertentu (yang menamakan diri sebagai kelompok Pencinta Alam,
Penjelajah Alam dan semacamnya). Melainkan telah dilakukan oleh
orang-orang dari kalangan umum. Namun demikian bukanlah berarti kita
bisa menganggap bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas
mendaki gunung, menjadi bidang ketrampilan yang mudah dan tidak memiliki
dasar pengetahuan teoritis. Didalam pendakian suatu gunung banyak
hal-hal yang harus kita ketahui (sebagai seorang pencinta alam) yang
berupa : aturan-aturan pendakian, perlengkapan pendakian, persiapan,
cara-cara yang baik, untuk mendaki gunung dan lain-lain. Segalanya
inilah yang tercakup dalam bidang Mountaineering. Mendaki gunung dalam
pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :
More about → MOUNTAINEERING Pecinta Alam
Home » Archives for September 2017
MOUNTAINEERING Pecinta Alam
Diposting oleh Pecinta Alam on Jumat, 29 September 2017
Label:
Materi Pecinta Alam
Persiapan Mendaki Gunung
Diposting oleh Pecinta Alam on Rabu, 27 September 2017
Pencinta Alam - 1. Pengenalan Medan
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta altimeter.Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan
kelenturan otot. Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar oksigennya.
More about → Persiapan Mendaki Gunung
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta altimeter.Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan
kelenturan otot. Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar oksigennya.
Label:
Materi Pecinta Alam
Langkah dan Prosedur Pendakian
Diposting oleh Pecinta Alam on Senin, 25 September 2017
Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok
pencinta alam dalam suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga
langkah, yaitu :
1. Persiapan
Yang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah :
• Menentukan pengurus panitia pendakian, yang akan bekerja mengurus : Perijinan pendakian, perhitungan anggaran biaya, penentuan jadwal pendakian, persiapan perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitan dengan pendakian.
• Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan dengan berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memeksimalkan ketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga timbul dalam pendakian beserta cara-cara pencegahan/pemecahannya.
2. Pelaksanaan
Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung tersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian. Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
- Kelompok pelopor
- Kelompok inti
- Kelompok penyapu
Masing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan (penanggungjawab koordinasi).Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camp pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung tersebut.Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu : Pelopor di depan (disertai guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan ini.Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba di puncak dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yang tertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena dengan evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat)
More about → Langkah dan Prosedur Pendakian
1. Persiapan
Yang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah :
• Menentukan pengurus panitia pendakian, yang akan bekerja mengurus : Perijinan pendakian, perhitungan anggaran biaya, penentuan jadwal pendakian, persiapan perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitan dengan pendakian.
• Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan dengan berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memeksimalkan ketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga timbul dalam pendakian beserta cara-cara pencegahan/pemecahannya.
2. Pelaksanaan
Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung tersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian. Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
- Kelompok pelopor
- Kelompok inti
- Kelompok penyapu
Masing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan (penanggungjawab koordinasi).Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camp pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung tersebut.Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu : Pelopor di depan (disertai guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan ini.Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba di puncak dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yang tertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena dengan evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat)
Label:
Materi Pecinta Alam
Bahaya di Gunung
Diposting oleh Pecinta Alam on Sabtu, 23 September 2017
Pecinta Alam - Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pendakian.
1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain.Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untuk pegang peranan, penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-keterbatasan pada diri kita sendiri.
More about → Bahaya di Gunung
1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain.Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untuk pegang peranan, penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-keterbatasan pada diri kita sendiri.
Label:
Materi Pecinta Alam
SEJARAH PENCINTA ALAM DAN PERKEMBANGANNYA
Diposting oleh Pecinta Alam on Kamis, 21 September 2017
Materi Pecinta Alam - Apabila sejenak kita merunut dari belakang, sebetulnya sejarah manusia
tidak jauh-jauh amat dari alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia
berburu dan mengumpulkan makanan, alam adalah "rumah" mereka. Gunung
adalah sandaran kepala, padang rumput adalah tempat mereka membaringkan
tubuh, dan gua-gua adalah tempat mereka bersembunyi. Namun sejak manusia
menemukan kebudayaan, yang katanya lebih "bermartabat", alam seakan
menjadi barang aneh. Manusia mendirikan rumah untuk tempatnya
bersembunyi. Manusia menciptakan kasur untuk tempatnya membaringkan
tubuh, dan manusia mendirikan gedung bertingkat untuk mengangkat
kepalanya. Manusia dan alam akhirnya memiliki sejarahnya
sendiri-sendiri.
Ketika keduanya bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam dimulai :
More about → SEJARAH PENCINTA ALAM DAN PERKEMBANGANNYA
Ketika keduanya bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya Sejarah Pecinta Alam dimulai :
Label:
Materi Pecinta Alam
FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN
Diposting oleh Pecinta Alam on Senin, 18 September 2017
Mendaki gunung adalah perjuangan, perjuangan manusia melawan ketinggian
dan segala konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka
kondisi lingkungan pun jelas akan berubah. Anasir lingkungan yang
perubahannya tampak jelas bila dikaitkan dengan ketinggian adalah suhu
dan kandungan oksigen udara. Semakin bertambah ketinggian maka suhu akan
semakin turun dan kandungan oksigen udara juga semakin
berkurang.Fenomena alam seperti ini beserta konsekuensinya terhadap
keselamatan jiwa kita, itulah yang teramat penting kita ketahui dalam
mempelajari proses fisiologi tubuh di daerah ketinggian. Banyak
kecelakaan terjadi di pegunungan akibat kurang pengetahuan, hampa
pengalaman dan kurang lengkapnya sarana penyelamat.
More about → FISIOLOGI TUBUH DI PEGUNUNGAN
Label:
Materi Pecinta Alam
Materi Pecinta Alam Teknik Telusur Gua (Caving Tecnique)
Diposting oleh Pecinta Alam on Sabtu, 16 September 2017
Materi Pecinta Alam
I. PENDAHULUAN
1. Definisi
Telusur Gua
Kegiatan di alam
bebas semakin berkembang. Mendaki gunung sudah sangat dikenal, meniti
tebing terjal, bahkan menginjak puncak gunung es atau salju kini
bukan lagi merupakan suatu impian. Ada satu kegiatan lain di alam
bebas yang mulai berkembang, yaitu Telusur Gua.
Jika bentuk kegiatan
di alam bebas kebanyakan dilakukan di alam terbuka, tidak demikian
halnya dengan telusur gua ; kegiatan ini justru dilakukan di dalam
tanah.
Telusur Gua atau
Caving berasal dari kata cave, artinya gua. Menurut Mc Clurg, cave
atau gua bearti “ruang alamiah di dalam bumi”, yang biasanya
terdiri dari ruangan-ruangan dan lorong-lorong.
Aktivitas Caving
diterjemahkan sebagai ‘aktivitas penelusuran gua’. Setiap
aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total.
Justru keadaan seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang
caver, sebutan untuk seorang penelusur gua. Petualangan di lorong
gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman tersendiri. Perasaan ingin
tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas karena gelap total.
Ada apa dalam kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah kehidupan di
sana ? Pertanyaan lebih jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk ?
Pertanyaan yang kemudian timbul, kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang gua dan aspeknya, termasuk misteri yang
dikandungnya. Maka dikenal istilah “speleologi”. Ruang lingkup
ilmu pengetahuan ini tidak hanya keadaan fisik alamaiahnya saja,
tetapi juga potensinya; meliputi segi terbentuknya gua, bahan
tambang, tata lingkungan, geologi gua, dan segi-segi alamiah lainnya.
Kalau sebagian orang
merasa enggan untuk mendekati “lubang gelap mengangga”, maka para
penelusur gua justru masuk kedalamnya, sampai berkilo-kilometer
jauhnya. Lubang sekecil apapun tak luput dari perhatiannya, jika
perlu akan ditelusuri sampai tempat yang paling dalam sekalipun.
Mc. Clurg mencatat,
setiap penelusuran gua tidak menginginkan lorong yang ditelusurinya
berakhir, mereka mengharapkan di setiap kelokan di dalam gua dijumpai
lorong-lorong yang panjangnya tidak pernah disaksikan oleh siapapun
sebelumnya. Sehingga apabila orang bertanya, “ Mengapa mereka
memasuki gua ?”, barangkali catatan Norman Edwin adalah jawabannya,
“ Adalah suatu kepuasan bagi seorang penelusur gua bila lampu yang
dibawanya merupakan sinar pertama yang mengungkapkan sebuah
pemandangan yang menakjubkan di bawah tanah”.
2. Sejarah
Penelusuran Gua
Sejarah penelusuran
gua dimulai di Eropa sejak 200 tahun lalu. Eksplorasi pertama
tercatat dalam sejarah adalah tanggal 15 Juli 1780, ketika Louis
Marsalliers menuruni gua vertikal Fairies di Languedoc, Perancis.
Kemudian pada tanggal 27 Juni 1888, seorang ahli hukum dari Paris
bernama Eduard Alfred Martel mengikuti jejak Marssalliers.
Penelusurannya kali ini direncanakan lebih matang dengan menggunakan
peralatan lengkap seperti katrol, tangga gantung, dan perahu kanvas
yang pada waktu itu baru diperkenalkan oleh orang-orang Amerika.
Bahkan telephone yang baru diperkenalkan digunakan untuk komunikasi
di dalam tanah. Usaha Martel ini dianggap sebagai revolusi di bidang
penelusuran gua, sehingga ia disebut sebagai “Bapak Speleologi
Modern”.
Prestasi Martel juga
dalam hal memetakan gua yang merupakan kewajiban seorang penelusur
gua ketika ia melakukan eksplorasi gua ketika ia melakukan eksplorasi
gua. Antara tahun 1888-1913, Martel telah banyak memetakan gua dalam
setiap penelusurannya, ini digunakan untuk kepentingan ilmiah, dan
untuk merekam kedalaman serta panjang gua-gua tersebut.
Ketika Perang Dunia
II selesai, kegiatan penelusuran gua memunculkan kembali dua orang
tokoh ; Robert de Jolly dan Norman Casteret. De Jolly merupakan
pembaharu di bidang peralatan peralatan penelusuran gua, seperti
tangga gantung dari aluminium dan perahu kanvas yang lebih sempurna.
Penemuan ini mejadi standar bagi para penelusur gua sampai 50 tahun
kemudian. Sedangkan Casteret menjadi pioneer di bidang “cave
diving”. Usahanya ini dilakukan pada tahun 1922, ketika Casteret
pertama kali menyelami lorong-lorong yang penuh air di gua Montespan
tanpa bantuan peralatan apapun. Karangan-karangan Casteret antara
lain “My Cave” dan “Ten Years Under Ground”, yang kemudian
menjadi buku pegangan bagi para penggemar cave diving dan ahli
speleologi.
Kebanyakan penelusur
gua memulai kegiatannya sebagai pemanjat tebing, karena memang
kegiatan yang dilakukan hampir serupa. Para pemanjat tebing pula yang
memberi inspirasi bagi perkembangan penelusuran gua. French Alpine
Club, sebuah perkumpulan pendaki gunung ternama di Eropa telah
mengadakan ekspedisi bawah tanah, dan untuk pertama kalinya
menggunakan tali sebagai pengganti tangga gantung. Kelompok ini pula
yang mencipatakan rekor penurunan gua vertikal sedalam 608m.
Sejarah penelusuran
gua sejalan dengan sejarah penelitian gua (speleologi), kedua
kegiatan ini tak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Hal inilah
yang dilakukan oleh Eduard Martel, Robert de Jolly, Norman Casteret
dan banyak lagi penelusur gua di seluruh dunia.
II. TERJADINYA
GUA DAN JENISNYA
Dua unsur penting
yang memegang peran terjadinya gua, yaitu rekahan dan cairan. Rekahan
atau lebih tepat disebut sebagai “zona lemah”, merupakan sasaran
bagi suatu cairan yang mempunyai potensi bergerak keluar. Cairan ini
dapat berupa larutan magma atau air. Larutan magma menerobos ke luar
karena kegiatan magmatis dan mengikis sebagian daerah yang
dilaluinya. Apabila kegiatan ini berhenti, maka bekas jejaknya
(penyusutan magma cair) akan meninggalkan bentuk gua, lorong, celah
atau bentuk lain semacamnya. Ini sering disebut gua lava, biasanya di
daerah gunung berapi.
gambar 1. proses
terbentuknya gua
Proses yang terjadi
terhadap batuan yang dilaluinya, tidak hanya proses mekanis, tetapi
juga proses kimiawi. Karenanya, dinding celah atau gua, biasanya
mempunyai permukaan yang halus dan licin.
Pembentukan gua
lebih sering terjadi pada jenis batuan gamping, karst, dengan
komposisi dominan Kalsium Karbonat (CaCO3), disebut gua batu gamping.
Batuan ini sangat mudah larut dalam air, bisa air hujan atau air
tanah. Oleh karenanya, reaksi kimiawi dan pelarutan dapat terjadi di
permukaan dan di bawah permukaan. Tetapi sering kali ditemukan juga
mineral-mineral hasil reaksi yang tidak larut di dalam air, misalnya
kuarsa dan mineral ‘lempung’. Lazimnya bahan-bahan ini akan
membentuk endapan tersendiri. Sedangkan larutan jenuh kalsium, di
tempat yang tidak terpengaruh oleh tenaga mekanis, diendapkan dalam
bentuk kristalin, antara lain berupa stalagtit dan stalagmit, yang
tersusun dari mineral kalsit, dan variasi-variasai ornamen gua
lainnya yang menarik untuk dilihat.
Air cenderung
bergerak ke tampat yang lebih rendah. Sama dengan yang terjadi di
bawah permukaan. Sama dengan yang terjadi di bawah permukaan. Hal ini
berakibat daya reaksi dan pengikisan bersifat kumulatif. Tidak heran
betapapun kecilnya sebuah celah tempat masuknya air di permukaan
dapat menyebabkan hasil pengikisan berupa rongga yang besar, bahkan
lebih besar di tempat yang lebih dalam. Rongga yang terbentuk
mestinya berhubungan pula, hal ini mungkin karena sifat air yang
mudah menyusup ke dalam celah yang kecil dan sempit sekalipun.
Ukuran besarnya gua
tidak hanya tergantung pada intensitas proses kimiawi dan pengikisan
yang berlangsung, akan tetapi juga ditentukan oleh jangka waktu
proses itu berlangsung. Sedangkan pola rongga yang terjadi di bawah
permukaan tidak menentu. Seandainya ditemukan pola rongga yang
spesifik (mengikuti arah tertentu) maka dapat diperkirakan faktor
geologi ikut berperan, misalnya adanya sistim patahan atau aspek
geologis lainnya.
gambar 2. proses
pembentukan stalaktit
Selain jenis lava
dan batu gamping yang dapat menyebabkan terjadinya gua, jenis batu
pasir juga kadang-kadang memungkinkan terjadinya gua, demikian pula
batuan yang membentuk lereng curam di tepi pantai. Kedua jenis batuan
yang terakhir ini, biasanya mengakibatkan terjadinya gua yang tidak
begitu dalam. Tenaga yang mempengaruhinya adalah tenaga mekanis
berupa hantaman air atau hempasan ombak. Gua yang terjadi di sini
disebut gua laut.
Di dalam proses
pembentukan lorong ada banyak sekali kemungkinan bentuk, termasuk
juga pembentukan apa yang kemudian kita sebut sebagai ornamen gua
atau speleothem, beberapa ornamen yang memiliki sifat sama diberi
nama; diantaranya;
gambar 3. stalaktit
dan straw
1. Aragonite :
Crystalline / cristal yang terbentuk dari CaCO3, jarang dijumpai.
2. Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong gua.
3. Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan tanah. Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang terbentuk semakin banyak.
4. Helectite : Formasi gua yang timbul dengan sudut yang berlawanan dari gaya tarik bumi. Biasanya melingkar.
5. Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
6. Stalactite : Formasi kalsit yang menggantung
7. Stalacmite : Formasi kalsit yang tumbuh ke atas, di bawah atap stalactite.
8. Straw : seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar tetasan air.
9. Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.
10. Pearls : Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di bawah tetesan air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
11. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di langit-langit gua atau di dinding gua.
12. Column
13. Couli Flower
14. Rimstone Pool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun.
2. Flow Stone : Kalsit (Calsite) yang terdeposisi (diendapkan) pada dinding lorong gua.
3. Gours : Kumpulan kalsit yang terbentuk di dalam aliran air atau kemiringan tanah. Aliran ini mengandung banyak CO2. Semakin CO2 memuai (menguap), kalsit yang terbentuk semakin banyak.
4. Helectite : Formasi gua yang timbul dengan sudut yang berlawanan dari gaya tarik bumi. Biasanya melingkar.
5. Marble : Batu gamping yang mengalami perubahan bentuk dimetamorfasekan oleh panas dan tekanan sehingga merubah struktur yang unik dari batu tersebut.
6. Stalactite : Formasi kalsit yang menggantung
7. Stalacmite : Formasi kalsit yang tumbuh ke atas, di bawah atap stalactite.
8. Straw : seperti stalactite tapi diameternya kecil, sebesar tetasan air.
9. Styalalite : Garis gelombang yang terdapat pada potongan batu gamping.
10. Pearls : Kumpulan batu kalsit yang berkembang di dalam kolam di bawah tetesan air. Disebut pearls karena bentuknya mirip mutiara.
11. Curtain : Endapan yang berbentuk seperti lembaran yang terlipat, menggantung di langit-langit gua atau di dinding gua.
12. Column
13. Couli Flower
14. Rimstone Pool : Berbentuk seperti bendungan yang berbentuk ketika terjadi pengendapan air, CO2-nya menghilang dan menyisakan kalsit yang bersusun-susun.
gambar 4. curtain,
rimestone pool, pearl cave
III. ETIKA DALAM
PENELUSURAN GUA
Penelusuran gua
merupakan kegiatan kelompok, karenanya dalam setiap penelusuran tidak
dibenarkan seorang diri. Jumlah minimal untuk sebuah eksplorasi gua
adalah 4 orang. Hal ini didasarkan atas pertimbangan, jika terjadi
kecelakaan pada salah seorang anggota kelompok, satu orang dibutuhkan
untuk menjaganya, sedangkan dua lainnya mempersiapkan pertolongan
(rescue), atau kalau tidak mungkin, cari pertolongan kepada penduduk.
Sebelum memasuki
gua, hal yang harus dilakukan adalah meninggalkan pesan kepada orang
lain tentang : tujuan gua yang akan dimasuki, jumlah penelusur, lama
kegiatan, bagian gua yang akan dimasuki, dan lain-lain. Kemudian
tinggalkan seorang pengamat di luar gua. Orang ini akan sangat
berguna untuk memberi peringatan, jika terjadi sesuatu di luar gua,
misalnya hujan lebat yang dapat mengakibatkan banjir dalam gua. Kalau
tidak mungkin, pelajarilah keadaan cuaca terakhir di daerah tersebut,
juga disiplin waktu yang disepakati.
Hal lain yang harus
diperhatikan, yaitu membawa makanan dan minuman. Paling penting
kondisi badan harus selalu fit di saat melakukan penelusuran gua.
Sikap yang baik, menyadari kemampuan diri sendiri dan tidak
memaksakan diri untuk menelusuri gua, jika kondisi atau kemampuan
tidak memungkinkan.
Satu hal yang harus
diresapi dan disadari oleh setiap penelusur gua yaitu masalah
“konservasi”. Jangan mengambil apapun, jangan meninggalkan apapun
dan jangan bunuh apapun. Setiap buangan yang ditinggalkan akan
merusak lingkungan biologis gua yang sangat rapuh, misalnya sampah
karbit. Bawalah semua sampah-sampah ke luar gua dan buang ke tempat
pembuangan sampah. Setiap kerusakan yang ditimbulkan oleh penelusur
adalah tindakan tercela, karena untuk merusakkan benda-benda dalam
gua misalnya stalagmit dan stalagtit hanya butuh beberapa detik saja,
sedangkan proses pembentukan benda-benda tersebut membutuhkan waktu
ribuan bahkan jutaan tahun.
Jika prinsip-prinsip
di atas disadari dan dilaksanakan oleh penelusur gua, maka semboyan:
take nothing but picture, leave nothing but footprint, kill nothing
but time, terasa semakin berarti.
IV. TEKNIK DALAM
PENELUSURAN GUA
IV.1. Penelusuran
Gua Horisontal
Pada dasarnya setiap
penelusur gua, harus memulai perjalanannya dalam kondisi tubuh fit .
Malah dalam sebuah buku teks disebutkan , apabila badan terasa kurang
fit, sebaiknya perjalanan eksplorasi gua dibatalkan (etika
penelusuran gua). Hal ini disebabkan karena udara di dalam gua sangat
buruk, penuh deposit kotoran burung dan kelelawar, ditambah
kelembaban yang sangat tinggi. Mudah sekali dalam kondisi demikian
seorang penelusur gua terserang penyakit paru-paru, beberapa pioneer
penelusur gua menghentikan kegiatan eksplorasinya karena terserang
penyakit ini.
Selain memerlukan
kondisi tubuh yang baik, seorang penelusur gua sedikit banyak harus
harus memiliki kelenturan tubuh dan yang terpenting tidak cepat
menjadi panik dalam keadaan gelap dan sempit. Bentuk tubuh juga
mempengaruhi kecepatan gerak seorang penelusur gua. Penelusur Gua
ideal adalah yang memiliki badan relatif kecil meskipun belum tentu
menjadi jaminan akan menjadi penelusur handal.
Dalam penelusuran
horisontal, kita lakukan gerak, jalan membungkuk, merangkak, merayap,
tengkurap, dan kadang terlentang, menyelam serta berenang. Dengkul
dan ujung siku merupakan sisi penting buat seorang penelusur atau
caver.
Peralatan pribadi
untuk gua horisontal
1. Helm
2. Caving sling
3. Cover all
4. Caving pack sack
2. Caving sling
3. Cover all
4. Caving pack sack
Peralatan tim
untuk gua horisontal
1. Perahu karet
2. Tali
3. Kamera
4. Kompas
5. Topofil
2. Tali
3. Kamera
4. Kompas
5. Topofil
IV.2 Penelusuran
Gua Vertikal
Sampai dengan saat
ini, ada beberapa sistem yang digunakan dalam penelusuran gua
vertikal. Yang dianggap terbaik karena efektifitasnya adalah Single
Rope Technique (SRT).
SRT hanya
menggunakan satu tali tunggal, dan menggunakan prinsip pemindahan
beban ketika menaiki tali tersebut, sehingga menggunakan dua alat
naik.
IV.2.1 Peralatan
Penelusuran Gua Vertikal
Disini hanya akan
dibahas mengenai peralatan yang digunakan untuk keperluan SRT, dan
sedikit alternatifnya.
A. Peralatan
Pribadi
Perlengkapan/peralatan
yang disebutkan di bawah ini merupakan perlengkapan yang harus
melekat pada seorang penelusur gua pada saat melakukan penelusuran
gua vertikal. Secara garis besar peralatan yang harus dikenakan
pribadi dibagi menjadi 3, yaitu alat untuk naik, alat untuk turun dan
peralatan penunjang.
Peralatan Naik
(ascender)Ada beberapa jenis peralatan yang dapat
dikategorikan dalam ascender, yang memiliki keistimewaan apabila
terbeban akan semakin mengunci ke tali.
1. Foot Loop
JammerAlat ini akan digunakan oleh tangan untuk menarik beban
badan, dihubungkan dengan webbing ke sit harness, sehingga juga
menjadi pengaman kita. Pada alat ini ditempatkan foot-loop (sling
injak) dan security link (tali pengaman). Alat ini menggunakan
gigi-gigi runcing untuk mencengkram mantel dari tali, sehingga
semakin terbeban akan semakin mengunci ke tali. Yang biasa digunakan
sebagai Foot Loop Jammer adalah Jumar produksi Petzl, yang memiliki
dua warna, kuning untuk tangan kiri, dan biru untuk tangan kanan. Ada
beberapa jenis ascender lain yang memiliki bentuk dan fungsi hampir
sama dengan Jumar Petzl, diantaranya CMI Jammer.
2. Chest
JammerAlat untuk naik yang prinsipnya hampir sama dengan
Jumar, namun bentuknya lebih ringkas (tidak ada pegangan untuk
tangan), dan dihubungkan langsung dengan Sit Harness dan Chest
Harness, selain sebagai alat naik, juga berguna untuk menjaga agar
badan tetap sejajar dengan tali. Chest Jammer keluaran Petzl biasa
disebut Croll yang memang sudah dirancang untuk kepentingan SRT.
Jumar dan Croll
merupakan dua alat utama yang digunakan dalam SRT, ketika badan kita
menggunakan Croll sebagai pengaman, dalam artian beban kita
bergantung di Croll, tangan kita dapat menggunakan Jumar untuk
menambah ketinggian.
Peralatan Turun
(Descender)
1. Figure Of
EightDapat digunakan sebagai alat turun, namun dalam SRT hal
ini tidak dianjurkan, mengingat Figure Of Eight mengandalkan friksi
dengan tali dengan cara membelokkan arah tali, sementara tali yang
digunakan di SRT adalah Tali Statis yang akan lebih mudah rusak
apabila arah gayanya diubah.
2. Bobin
DescenderAlat yang dikeluarkan Petzl ini, dikhususkan
penggunaannya untuk menuruni tali pada SRT, yang digunakan adalah
Bobin Single Rope. Bobin digunakan oleh orang yang sudah terbiasa
menuruni tali dengan SRT, karena tidak memiliki kunci pengaman,
kontrol kecepatan diatur oleh tangan kita.
3. RackRack
memiliki batang-batang yang dapat dirubah posisinya, untuk mengatur
friksi antara alat dengan tali, hal ini akan mempengaruhi kecepatan.
Rack akan relatif lebih dingin setelah pengunaan jangka panjang.
4. Auto Stop
DescenderAuto Stop merupakan alat turun yang paling aman
untuk digunakan dalam melakukan SRT. Hal ini karena Auto Stop
dilengkapi dengan sistem kunci otomatis, dan dapat dipasang tanpa
melepaskannya dari kaitan ke harness.
Peralatan
PenunjangMerupakan peralatan yang juga harus dikenakan ketika
melakukan SRT, yang digambarkan disini adalah prinsip-prinsipnya,
bisa digunakan benda lain dengan prinsip sama
1. Sit
HarnessAda berbagai jenis Sit Harness, untuk keperluan SRT
Petzl khusus mengeluarkan Avanti. Sit Harness ini berbeda dengan
harness untuk keperluan memanjat ataupun canyoning. Avanti dapat
diubah ukurannya sesuai dengan badan kita, karena dalam melakukan
SRT, ukurannya harus benar-benar tepat agar terasa nyaman.
2. Linking
MaillonSemacam karabiner tetapi tidak memiliki sebuah gate
(pintu dengan per). Maillon sangat kuat, terdiri dari berbagai tipe
dan ukuran. Linking Maillon gunanya sebagai penghubung foot-loop
jammer dengan foot-loop dan safety link. Alternatif lain dapat
menggunakan small oval screwgate carabiner.
3. Foot LoopAtau
tangga, digunakan waktu naik meniti tali. Foot loop merk “Camp”
dapat dipanjang dan pendekkan sesuai dengan keperluan. Alternatif
lain memakai etrier atau sling.
4. Security
LinkDisebut juga “safety link”, gunanya sebagai safety
pada waktu naik. Terbuat dari Dynamic Climbing Rope, berdiameter 9mm.
Panjangnya sejangkau tangan atau lebih. Pada kedua ujungnya dibuat
“figure of eight knot”. Ujung pertama di foot loop jammer dan
ujung lainnya di attachment pada sit harness. Bisa juga menggunakan
webbing.
5. Chest
HarnessMerupakan harness khusus di dada. Bentuknya seperti
angka delapan. Chest harness berguna untuk menempatkan “petzl
croll” waktu naik, sehingga badan tetap sejajar dengan tali. Figure
of eight chest harness merupakan perlengkapan standar. Alternatif
lain memakai sling/chest strap.
6. Main
AttachmentDelta maillon 10mm adalah main attachment. Terbuat
dari baja (steel) atau aluminium. Main attachment merupakan tempat
utama untuk berbagai kaitan/sangkutan. Selain untuk mengunci sit
harness, delta maillon juga untuk mengkaitkan croll, security link,
cow’s tail dan descender. Untuk posisi main attachment tidak pernah
digunakan carabiner.
7. Cow’s
tailSebagai pengaman pada saat melewati sambungan tali dan
pindah anchor, waktu menuruni tali atau menaiki tali. Cow’s tail
dapat dibuat dari “climbing rope 11mm”. Panjangnya kemudian
dilipat dua tidak sama panjang. Masing-masing ujungnya dibuat figure
of eight knot juga bagian tengahnya, bagian yang membagi dua. “loop”
pada bagian tengah ini dikaitkan pada delta maillon.
8. KarabinerOval
karabiner digunakan untuk cow’s tail sedangkan oval screw gate
karabiner untuk descender. Pada umumnya dalam penelusuran gua
vertikal digunakan ‘oval screw gate carabiner’.
9. Helmet
Merupakan
perlengkapan vital dan wajib dikenakan oleh para penelusur gua.
Gunanya untuk melindungi kepala dari kemungkinan terbentur atau
tertimpa batu. ‘Petzl helmet’ diperlengkapi dengan lampu karbit.
gambar 8. peralatan
pribadi SRT
B. Perlengkapan
Tim
1. Tali
Tali yang dipakai
dalam penelusuran gua vertikal, harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut : kuat, memiliki daya tahan terhadap gesekan, daya lentur
kecil dan dapat menyerap kejut. Speleo rope memenuhi syarat ini.
Biasanya, spleleo rope yang dipakai berdiameter 9,5 mm sampai 11 mm.
Pemeliharaan :
Untuk memperpanjang
umur tali, jauhkan dari asam (acid), alkali, hindarkan dari
kemungkinan gesekan dengan batu, atau gunakan “rope pad” (alas
tali). Cucilah tali setelah digunakan, tetapi jangan memakai sabun,
pakailah sikat halus. Jemur tali di tempat teduh da berangin, jangan
sekali-kali menjemur di panas matahari.
2. Webbing
Disebut juga tape
(pita) terbuat dari nilon. Digunakan untuk membuat harness, anchor,
dan lain-lain.
3. Perlengkapan
lainnya
Perlengkapan lain
yang diperlukan seperti tas untuk membawa tali (rucksack, tackle
bag), juga untuk membawa perlengkapan lainnya. Alat penerangan
seperti lampu batre, lampu karbit, atau lainnya. Sebaiknya membawa
batre atau karbit cadangan. Untuk membawa karbit dapat digunakan ban
dalam mobil atau motor.
Untuk mengarungi
sungai di dalam gua diperlukan perahu karet khusus.
IV.2.2 Tali
Temali (Knots)
Merupakan
pengetahuan dasar yang wajib diketahui oleh penelusur gua.
Simpul-simpul yang biasa digunakan di dalam penelusuran gua, yaitu:
1. Bowline
Digunakan untuk
membuat anchor karena sifatnya yang semakin mengikat apabila mendapat
beban. Bowline juga digunakan dalam teknik rescue. Waktu membuat
simpul ini, ujung tali harus overhand knot.
gambar 9. Bowline
dan Figure of 8
2. Figure of
eight
Merupakan simpul
yang paling penting karena sering digunakan. Mudah membuatnya dan
melepaskannya. Dipakai untuk membuat anchor, sebagai tali belay dan
untuk menyambung tali.
3. Tape knot
Simpul ini digunakan
untuk menyambung webbing dengan menggabungkan kedua ujungnya. Tidak
ada simpul lain untuk keperluan tersebut.
4. Butterfly knot
Berfungsi untuk
mengikat tali yang patah sehingga tidak terbeban. Simpul ini untuk
tali dengan beban vertikal.
5. Prusik knot
Untuk prusikking
(naik tali dengan bantuan prusik)
gambar 10. Tape Knot
dan Prusik Knot
IV.2.3 Sistim
Anchor
Anchor merupakan
sebuah “titik keamanan”. Anchor yang baik, menjamin keselamatan
penelusur gua, saat menuruni sumuran (potholing) maupun pada saat
kembali naik. Dalam verical caving dikenal sistim “back up”
dengan menggunakan beberapa titik (point). Selain untuk keamanan juga
agar tali tergantung bebas (hang belay) , guna menghindari gesekan
batu.
Kegunaan lain anchor
adalah , untuk membelay dan untuk keperluan tertentu, seperti
hauling, lowering, rescue dll.
Ada dua macam sistim
anchor, yaitu :
1. Anchor Alam
(Natural Anchor)
Natural Anchor
relatif sangat kuat, dengan memanfaatkan batu, pohon dan lain-lain.
Caranya dengan melingkarkan sling pada batu atau pohon. Dapat juga
langsung menggunakan tali, dengan simpul bowline.
gambar 11. Natural
Anchor dan Artificial Anchor
2. Artificial
Anchor
Dinding gua biasanya
tidak mempunyai rekahan, polos dan licin. Karenanya dibuat anchor
buatan. Dalam vertikal caving, dapat menggunakan ‘bolt’,
sedangkan piton dan chock jarang digunakan. Dua hal yang sangat
penting untuk diperhatikan :
2. 1 Posisi
Anchor : Posisi yang benar akan menghindarkan tali dari gesekan
batu
2.2 Periksa
keadaan dinding gua sebelum dipasang anchor, dengan cara
mengetukkan hammer ke dinding gua. Bunyi gaung yang hampa menandakan
batu yang rapuh.
gambar 12. rigging
the rope
IV.2.4 Abseiling
(teknik menuruni tali)
Dengan sistem SRT,
teknik menuruni menjadi sangat mudah dan nyaman, dibandingkan dengan
penggunaan tangga gantung yang rumit. Yang harus diingat ialah ketika
melakukan SRT badan kita harus selalu berada dalam kondisi aman,
dalam artian ada paling tidak satu buah pengaman yang menjaga apabila
terjadi sesuatu. Dalam hal ini, pengaman yang paling terakhir dilepas
dan paling awal dipasang adalah Cow’s Tail.
Cara menuruni
tali :
Pertama pasang cow’s
tail pada back up belay, kemudian pasang tali pada descender. Setelah
descender terpasang, lepaskan cow’s tail dan lakukan abseiling.
Tangan kiri pada descender, sedangkan tangan kanan memegang tali
bawah sebagai kontrol laju pada waktu turun.
Kecepatan waktu
abseiling sebaiknya konstan, jangan terlalu cepat atau
tersendat-sendat selain berbahaya juga akan merusak tali. Untuk
mengurangi laju percepatan gunakan carabiner untuk menambah friksi.
Carabiner ini dikaitkan pada main attachment. Sebelum melakukan
abseiling, jangan lupa membuat simpul pada ujung tali.
gambar 12. memasang
dan mengunci autostop
Pindah Anchor
(passing a re-bellay on the descend)
Seringkali pada saat
penelusuran gua harus memasang anchor lebih dari satu. Untuk dapat
melewati anchor waktu turun atau naik, diperlukan pengetahuan atau
teknik pindah anchor.
Teknik pindah
atau melewati anchor :
- Pasang cow’s
tail pendek pada anchor, pada saat posisi descender sejajar dengan
anchor.
- Turun lagi sampai beban ada pada cow’s tail pendek, pasang cow’s tail panjang pada hang belay, buka descender yang sudah bebas beban.
- Buka cow’s tail pendek dengan cara berdiri pada foot loop.
- Lanjutkan abseiling, lepaskan cow’s tail panjang dan lepas foot loop jammer.
- Turun lagi sampai beban ada pada cow’s tail pendek, pasang cow’s tail panjang pada hang belay, buka descender yang sudah bebas beban.
- Buka cow’s tail pendek dengan cara berdiri pada foot loop.
- Lanjutkan abseiling, lepaskan cow’s tail panjang dan lepas foot loop jammer.
Pindah Sambungan
(Passing a knot on the descend)
Kadang-kadang tali
yang digunakan untuk menuruni gua tidak cukup panjang dan harus
disambung dengan tali lain agar dapat mencapai dasar.
Teknik melewati
sambungan :
- Turunkan descender
hingga menyentuh sambungan tali
- Pasang cow’s tail pada safety loop figure of eight
- Pasang chest jammer, croll pada tali di atas descender, jangan terlalu jauh atau terlalu dekat
- Buka descender dan pasang di tali bawah sambungan dengan posisi mengunci
- Buka croll, dengan bantuan foot loop
- Lanjutkan abseiling setelah melepas cow’s tail dan foot loop jammer.
- Pasang cow’s tail pada safety loop figure of eight
- Pasang chest jammer, croll pada tali di atas descender, jangan terlalu jauh atau terlalu dekat
- Buka descender dan pasang di tali bawah sambungan dengan posisi mengunci
- Buka croll, dengan bantuan foot loop
- Lanjutkan abseiling setelah melepas cow’s tail dan foot loop jammer.
IV.2.5 Prussiking
(teknik menaiki tali)
Yaitu bagaimana
supaya penelusur gua dapat tiba kembali ke permukaan. Dalam vertikal
caving, telah dikembangkan berbagai teknik memakai tali dengan
kelemahan dan kelebihannya.
Ada dua system,
yaitu :
1. Rope Walking
System
Ciri utama dari
sistim ini adalah kedua kaki diikat pada ascender yang terpisah,
sehingga setiap kaki dapat bergerak dengan bebas. Gerakan yang
terlihat seperti seorang yang sedang menaiki tangga. Semakin tegak
badan seseorang, semakin efisien sistim ini berjalan. Rope walking
system terdiri dari Floating system, Basis Mitchell system, Pigmy
system dan gabungan ketiganya.
gambar 13. sit-stand
system
2. Sit-stand
system
Berbeda dengan rope
walking system, pada sistim ini tidak menggunakan dua ascender,
tetapi cukup hanya satu ascender. Kedua kaki bergerak bersama,
sehingga beban ditopang bersama. Keuntungannya kaki tidak cepat capai
dan mudah untuk istirahat. Sit stand system terdiri dari frog system,
inchworm system, texas system dan a one ascender prusik system. Dari
keempat sistim, frog system paling sering digunakan karena efisien
dan aman.
Frog system
menggunakan satu jummar dan chest jammer croll di dada. Tangan kanan
mendorong jumar ke atas, sehingga kedua kaki dalam foot loop berada
dalam posisi terlipat. Pada posisi berdiri, croll ikut bergerak ke
atas, sampai berada di bawah jummar. Demikian seterusnya.
Pindah anchor
(passing a re-belay on the ascend)
Seperti pada
abseiling, teknik melewati anchor waktu naik tidak banyak berbeda.
Teknik melewati anchor :
- Pasang cow’s
tail pada anchor
- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas anchor berdiri
- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang pada tali atas.
- Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas anchor berdiri
- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang pada tali atas.
- Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
Pindahan
sambungan (passing a knot in the ascend)
- Pasang cow’s
tail pada ‘safety loops’ figure of eight knot.
- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas sambungan.
- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang tali atas.
- Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
- Pindahkan foot loop jammer ke tali di atas sambungan.
- Berdiri di foot loop, buka croll dan pasang tali atas.
- Buka cow’s tail dan lanjutkan ascending.
V. KEMUNGKINAN
KECELAKAAN YANG TERJADI
Sebagian besar
kecelakaan yang terjadi di dalam gua, berasal dari kesalahan si
penelusur sendiri. Dalam keadaan yang sangat gelap sering kali
seorang penelusur melakukan kesalahan dalam menaksir jarak, sehingga
sebuah lubang yang cukup dalam, terlihat dangkal. Tipuan ini
menyebabkan ia merasa mampu untuk meloncat ke dalam lobang tersebut.
Etikanya tidak diperkenankan melakukan lompatan apapun di dalam gua.
Tertimpa batu,
merupakan kejadian yang sering terjadi, karena runtuhan alami akibat
rapuhnya dinding gua atau akibat ketidaksengajaan si penelusur gua
yang menyebabkan jatuhnya batuan dan menimpa penelusur lain. Helm
menjadi wajib dikenakan untuk melindungi kepala.
Jenis kecelakaan
yang lain, akibat buruknya atau tidak memenuhi syarat perlengkapan
yang dipakai, misalnya tali putus, ascender tidak berfungsi. Oleh
karena itu perawatan dan pemeliharaan alat-alat setelah digunakan
mutlak dilakukan. Jangan ragu-ragu untuk memotong tali pada bagian
yang terkoyak akibat gesekan, misalnya.
Bahaya banjir
merupakan faktor penyebab utama kecelakaan lainnya. Demikian pula
faktor suhu udara yang dingin, perlu diperhatikan terutama pada saat
melakukan eksplorasi di gua yang basah.
Kejadian-kejadian di
atas bukan tidak mungkin untuk dihindari, semuanya tergantung dari
persiapan dan pengalaman yang dimiliki oleh penelusur gua.
VI. PEMETAAN
Dalam kegiatan
penelusuran gua, pemetaan merupakan suatu hal yang penting, bahkan
pemetaan dapat disebut sebagai aspek ilmiah dari suatu kegiatan yang
bersifat petualangan. Meskipun sebenarnya banyak penelitian ilmiah
yang dapat dilakukan di dalam gua, seperti penelitian Biologi,
Geologi, Geomorfologi, Arkeologi, Hidrologi, Geografi, dan lain
sebagainya. Tetapi sebenarnya pemetaan menduduki posisi yang paling
penting. Boleh-boleh saja dalam penelusuran gua tidak melakukan
penelitian Biologi atau Geologi atau yang lainnya, tetapi pemetaan
merupakan hal yang wajib dikerjakan oleh seorang yang berpredikat
‘caver’.
Begitu penting
pemetaan, sampai-sampai ada seorang teman dari jurusan Geografi yang
menyatakan bahwa “sebuah peta lebih mempunyai banyak arti daripada
seribu kata-kata”.
gambar 14. Peralatan
pemetaan standar
Pemetaan merupakan
bagian dari kegiatan yang bersifat perekaman atau pendokumentasian.
Dalam hal ini adalah yang berhubungan dengan rekaman bentukan fisik
gua, misalnya bentuk atau denah lorong, panjangnya, tingginya,
keletakan ornamen, apa saja ornamennya, posisi aliran air, lumpur,
sump, dan lain sebagainya.
Pemetaan sebuah gua
merupakan salah satu upaya untuk mendokumentasikan gua tersebut,
sehingga peta tersebut akan menjadi informasi untuk penelusur gua
lainnya, ia akan mengetahui denah guanya, ukurannya, ornamen yang
menghiasinya, dan lain sebagainya, jauh dari sebelum ia sendiri
memasuki gua tersebut. Pemetaan juga memberikan informasi ilmiah yang
berguna bagi penelitian ilmu pengetahuan. Peta gua juga berarti
sebagai bukti seorang caver telah memasuki atau mengeksplorasi suatu
gua.
VI.1. Peta Gua
Sebuah Peta Gua yang
baik, akan dapat memberikan gambaran kepada orang yang membaca peta
tersebut dengan mudah.
Sehingga sebuah peta
gua harus Informatif, dan Komunikatif.
Dianggap informatif
apabila, data-data yang perlu diketahui dapat ditemukan disini, dalam
hal ini data-data yang dibutuhkan untuk sebuah kepentingan
eksplorasi. Tentu akan berbeda dengan peta yang dibuat untuk
kepentingan penelitian, atau wisata misalnya. Dan peta tersebut akan
komunikatif apabila dalam hasil akhirnya tidak membingungkan orang
yang membacanya, memiliki alur dan susunan yang jelas dan sesuai
dengan aturan yang telah disetujui bersama.
Peta sebuah gua
minimal menerangkan tentang;
1. Penampang Atas, atau denah lorong untuk menunjukkan bentukan, arah dan belokan lorong.
2. Penampang Samping, Irisan, atau Section untuk menunjukkan ketinggian lorong, dan kemiringan gua tersebut.
3. Simbol Ornamen, simbol-simbol yang telah disepakati untuk mewakili ornamen yang terdapat di dalam gua tersebut.
4. Potongan Stasiun, ditiap titik yang dijadikan sebagai pos atau stasiun digambarkan potongannya.
5. Data Gua, keterangan mengenai gua tersebut, namanya, letak geografis dan administratifnya, surveyornya, dan tanggal dilakukan survey untu pemetaan. Hal ini termasuk penting mengingat perubahan bentukan gua dapat terjadi setiap saat.
6. Skala, untuk menunjukkan perbandingan, biasanya digunakan skala batang karena lebih mudah untuk membayangkan keadaan sebenarnya.
1. Penampang Atas, atau denah lorong untuk menunjukkan bentukan, arah dan belokan lorong.
2. Penampang Samping, Irisan, atau Section untuk menunjukkan ketinggian lorong, dan kemiringan gua tersebut.
3. Simbol Ornamen, simbol-simbol yang telah disepakati untuk mewakili ornamen yang terdapat di dalam gua tersebut.
4. Potongan Stasiun, ditiap titik yang dijadikan sebagai pos atau stasiun digambarkan potongannya.
5. Data Gua, keterangan mengenai gua tersebut, namanya, letak geografis dan administratifnya, surveyornya, dan tanggal dilakukan survey untu pemetaan. Hal ini termasuk penting mengingat perubahan bentukan gua dapat terjadi setiap saat.
6. Skala, untuk menunjukkan perbandingan, biasanya digunakan skala batang karena lebih mudah untuk membayangkan keadaan sebenarnya.
7. Arah Utara
Peta
8. Legenda, atau
keterangan simbol.
Apabila sudah
terdapat hal-hal tersebut, maka peta gua yang dibuat seharusnya sudah
mampu memberikan informasi yang cukup bagi penelusur gua lainnya.
Sebuah peta gua
tentunya juga memiliki tingkat akurasi yang berbeda-beda. Di dunia
ada beberapa penilaian terhadap keakuratan tersebut, tergantung pada
kesepakatan federasi masing-masing.
Saat ini, yang lazim
digunakan di Indonesia adalah sistem grade yang digunakan di Eropa,
yang memakai skala 1 sampai 6. Mengenai hal ini akan dijelaskan lebih
lanjut di tahap pendalaman.
Untuk mendapatkan
informasi yang akan dituangkan ke dalam peta gua, ada beberapa
prosedur pemetaan yang harus dilakukan. Sekilas prosedur-prosedur ini
akan tampak merepotkan ketika mengeksplorasi sebuah gua, namun
sebenarnya kerepotan tersebut akan terbalas dengan hasil yang
nantinya kita dapatkan.
tabel 1. contoh
Field Note
VI.2. Alat-alat
perlengkapan pemetaan
1. Drafting film
atau Kodak Trace sejenis kertas kedap air, seperti kertas kalkir
tetapi lebih tebal dan kedap air juga bisa dihapus jika menggunakan
alat tulis pinsil.
2. Topofil, alat untuk mengukur jarak antara stasiun. Kalau tidak ada dapat juga dipakai rollmeter.
3. Alas tulis dan alat tulis (pinsil, penghapus, dan serutan)
4. Kompas, alat untuk mengukur sudut deviasi atau azimuth. Biasanya kompas Silva atau Suunto yang digunakan.
5. Clinometer, alat untuk mengukur kemiringan gua (turun atau naik) Suunto PM5/360 adalah Clinometer yang terbaik.
2. Topofil, alat untuk mengukur jarak antara stasiun. Kalau tidak ada dapat juga dipakai rollmeter.
3. Alas tulis dan alat tulis (pinsil, penghapus, dan serutan)
4. Kompas, alat untuk mengukur sudut deviasi atau azimuth. Biasanya kompas Silva atau Suunto yang digunakan.
5. Clinometer, alat untuk mengukur kemiringan gua (turun atau naik) Suunto PM5/360 adalah Clinometer yang terbaik.
gambar 15. contoh
simbol peta gua
VI.3. Prosedur
Pemetaan
Prosedur pemetaan
yang dimaksud disini adalah teknis pengambilan data untuk
menghasilkan sebuah peta gua, data-data tersebut akan dicatat di
sebuah catatan lapangan untuk kemudian diterjemahkan. Secara garis
besar, pengambilan data dilakukan dengan membuat bentukan kasar gua
yang dieksplorasi, dengan cara mengambil beberapa titik untuk
dijadikan sebagai stasiun. Di stasiun-stasiun tersebutlah data-data
direkam, diantaranya arah lorong, ketinggian lorong, kemiringan
antara stasiun, tinggi langit-langit gua, lebar lorong dan keterangan
lainnya.
Pemetaan dapat
dilakukan oleh minimal dua orang, dimana satu orang menjadi leader
yang memegang ujung alat ukur dan menentukan posisi stasiun,
sementara orang kedua menjadi pencatat data yang memasukkan data ke
dalam field note.
Leader, adalah orang
yang berhak menentukan posisi stasiun. Satu titik dapat dijadikan
stasiun karena beberapa sebab yaitu;
- Lorong yang
dieksplorasi berubah arah
- Leader sudah tidak dapat terlihat oleh orang kedua
- Terdapat kemiringan yang ekstrim
- Terdapat perubahan bentukan lorong yang ekstrim
- Terdapat ornamen yang unik
- Jarak dengan stasiun terakhir sudah menjadi jarak maksimal untuk membuat peta dengan grade tertentu.
Satu hal yang mutlak diperhatikan adalah bahwa posisi leader harus masih terlihat oleh pencatat data.
- Leader sudah tidak dapat terlihat oleh orang kedua
- Terdapat kemiringan yang ekstrim
- Terdapat perubahan bentukan lorong yang ekstrim
- Terdapat ornamen yang unik
- Jarak dengan stasiun terakhir sudah menjadi jarak maksimal untuk membuat peta dengan grade tertentu.
Satu hal yang mutlak diperhatikan adalah bahwa posisi leader harus masih terlihat oleh pencatat data.
Contoh catatan
lapangan
Keterangan :
STS; Adalah nama stasiun, dapat dinamakan sesuai kehendak, misalnya A-B,B-C, atau 1-2,2-3, dll.
Jarak; adalah jarak antara stasiun yang satu dengan yang lainnya
Azim.; adalah sudut yang ditunjukkan oleh kompas antara satu stasiun dengan stasiun disepannya
Clino; adalah derajat kemiringan antar stasiun, biasanya + apa bila stasiun didepannya lebih tinggi, dan – bila stasiun didepannya lebih rendah.
Kanan dan Kiri; adalah jarak dari poros orang ke dinding gua kanan dan kiri.
Atas dan Bawah; adalah Tinggi dan kedalaman gua.
Keterangan; diisi dengan hal-hal khusus yang ditemui, seperti ornamen yang unik, keterangan mengenai bentukan lorong, dll
Selain itu dalam pemetaan, pencatat data juga membuat sketsa lorong dan irisan stasiun yang akan memudahkan pembuatan peta gua.
STS; Adalah nama stasiun, dapat dinamakan sesuai kehendak, misalnya A-B,B-C, atau 1-2,2-3, dll.
Jarak; adalah jarak antara stasiun yang satu dengan yang lainnya
Azim.; adalah sudut yang ditunjukkan oleh kompas antara satu stasiun dengan stasiun disepannya
Clino; adalah derajat kemiringan antar stasiun, biasanya + apa bila stasiun didepannya lebih tinggi, dan – bila stasiun didepannya lebih rendah.
Kanan dan Kiri; adalah jarak dari poros orang ke dinding gua kanan dan kiri.
Atas dan Bawah; adalah Tinggi dan kedalaman gua.
Keterangan; diisi dengan hal-hal khusus yang ditemui, seperti ornamen yang unik, keterangan mengenai bentukan lorong, dll
Selain itu dalam pemetaan, pencatat data juga membuat sketsa lorong dan irisan stasiun yang akan memudahkan pembuatan peta gua.
VI.4. Cara Kerja
1. Stasiun A
biasanya pada mulut atau pintu masuk gua. Di sini berdiri pencatat
data yang membawa kompas, clinometer dan catatan lapangan.
2. Leader membawa topofil atau rollmeter (ujung benang atau pita meter dipegang oleh Pencatat data) hingga tempat yang dianggap sebagai stasiun B
3. Pencatat data mencatat hasil pengukuran panjang, azimuth, clino juga mencatat lebar kiri dan kanan lorong pada stasiun A pada lembar catatan lapangan.
4. Pencatat data juga membuat sketsa denah lorong gua antara stasiun A dan stasiun B. Pekerjaan ini dapat dibantu dengan adanya benang atau pita meter yang memanjang antara stasiun A dan stasiun B. Pintu masuk juga dibuat denah dan irisannya.
5. Rekam dan catat juga atau ploting pada sketsa jika dijumpai hal-hal yang istimewa atau khusus, seperti adanya stalagmit yang besar atau adanya aliran air, flowstone, dsb.
6. Selanjutnya pencatat data menuju stasiun B dan surveyor 2 menuju stasiun C dan kembali melakukan pengukuran, pemetaan dan pembuatan sketsa denah.
7. Pada prakteknya dapat dilakukan bergantian
8. Jangan lupa membuat gambar potongan / irisan dari lorong-lorong tertentu atau khusus.
2. Leader membawa topofil atau rollmeter (ujung benang atau pita meter dipegang oleh Pencatat data) hingga tempat yang dianggap sebagai stasiun B
3. Pencatat data mencatat hasil pengukuran panjang, azimuth, clino juga mencatat lebar kiri dan kanan lorong pada stasiun A pada lembar catatan lapangan.
4. Pencatat data juga membuat sketsa denah lorong gua antara stasiun A dan stasiun B. Pekerjaan ini dapat dibantu dengan adanya benang atau pita meter yang memanjang antara stasiun A dan stasiun B. Pintu masuk juga dibuat denah dan irisannya.
5. Rekam dan catat juga atau ploting pada sketsa jika dijumpai hal-hal yang istimewa atau khusus, seperti adanya stalagmit yang besar atau adanya aliran air, flowstone, dsb.
6. Selanjutnya pencatat data menuju stasiun B dan surveyor 2 menuju stasiun C dan kembali melakukan pengukuran, pemetaan dan pembuatan sketsa denah.
7. Pada prakteknya dapat dilakukan bergantian
8. Jangan lupa membuat gambar potongan / irisan dari lorong-lorong tertentu atau khusus.
VI.5. Menyalin
data lapangan menjadi sebuah peta gua
Langkah pertama yang
harus dilakukan di tahap ini adalah menyalin kembali data lapangan
sesegera mungkin, karena catatan lapangan kita pasti akan kotor, dan
kemungkinan tidak jelas terbaca.
Kemudian kita
membuat peta gua kasar di kertas milimeter block. Data Azimuth,
Kanan, kiri dan jarak akan berguana dalam membuat Penampang atas atau
denah, sementara data kemiringan, atas dan bawah akan berguna untuk
membuat irisan atau penampang samping.
Setelah itu, kita
dapat menyalin draft peta yang telah kita buat ke kertas kalkir, dan
kemudian ditambahkan kelengkapan-kelengkapan lainnya.
gambar 16. contoh
peta gua
VI.6. Hambatan
Berbeda dengan
pembuatan / survey pemetaan yang biasanya dilakukan di tempat
terbuka, maka pemetaan gua sepenuhnya dilakukan di dalam gua, jauh di
bawah muka bumi. Kondisi gua yang pastinya gelap total, hanya ada
penerangan lampu karbit yang terbatas cahayanya, belum lagi lantai
gua yang penuh lumpur, ruangan yang sempit, dan waktu yang terbatas
dimana kita tidak dianjurkan lupa waktu di dalam gua. Tetapi itu
semua bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan pemetaan gua,
lebih-lebih bagi mereka yang mengaku sebagai ‘caver’. Yang ingin
digarisbawahi di sini adalah bahwa apapun kondisinya seorang caver
wajib membuat peta gua di dalam eksplorasinya, khususnya gua-gua yang
belum dipetakan.
-----
Label:
Materi Pecinta Alam
Materi Pecinta Alam Manajemen Peralatan dan Perjalanan Mendaki
Diposting oleh Pecinta Alam on Rabu, 13 September 2017
Materi Pecinta Alam
Persiapan
Untuk merencanakan
suatu perjalanan ke alam bebas harus ada persiapan dan penyusunan
secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu 4W & 1 H,
yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi
dari rumusan tersebut:
- Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan, misalnya: Tangkiling-Bukit Batu-Palangkaraya.
- Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam tersebut sendiri atau dengan berkelompok. contoh: satu kelompok (25 personil) terdiri dari 5 orang anggota penuh (panitia) dan 20 orang siswa DIKLAT (peserta)
- Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang jawabannya dan bisa bermacam-macam contoh : Untuk melakukan DIKLATSAR.
- When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa lama ? contoh : 23 Februari 2005 sampai dengan 25 Februari 2005
Dari
pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu gambaran sebagai
berikut: pada tanggal 23-25 Februari 2005 akan diadakan DIKLAT, yang
akan dilaksanakan oleh 5 panitia dan diikuti 20 orang siswa DIKLAT.
Tempat yang digunakan untuk DIKLAT tersebut yaitu di Tangkiling-Bukit
Batu-Palangkaraya.
Untuk How
[Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih komprehensif dari
jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
- Bagaimana kondisi lokasi
- Bagaimana cuaca disana
- Bagaimana perizinannya
- Bagaimana mendapatkan air
- Bagaimana pengaturan tugas panitia
- Bagaimana acara akan berlangsung
- Bagaimana materi yang disampaikan
- dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan anda mengembangkannya lagi)
Dari jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah kita dapat menyusun rencana
gegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
- Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp, pembagian waktu dan sebagainya.
- Pengurusan perizinan
- Pembagian tugas panitia
- Persiapan kebutuhan acara
- Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
- dan lain sebagainya.
Yang tidak kalah
pentingnya adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi
biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut.
Packing
Sebelum melakukan
kegiatan alam bebas kita biasanya menentukan dahulu peralatan dan
perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap semua inilah saatnya
mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau backpack.
Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas
dan tidak menyulitkan.
Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
- Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke pundak, Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan perjalanan [misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas bergerak, jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
- Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan dan kiri pundak Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak dan memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon, berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :
- Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam satu kantung untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh dalam satu kantung plastik.
- Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting (Panci Serbaguna) jangan dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke dalam carrier, isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
- Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang mudah dicapai pada saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong samping carrier.
- Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier, karena barang diluar carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking dalam carrier.
Mengenai berat
maksimal yang dapat diangkat oleh anda, sebenarnya adalah suatu angka
yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3 dari berat badan anda
, tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap individu, yang
terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda dapat
menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih
barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya
membawa barang yang benar-benar perlu.
Memilih
dan Menempatkan Barang
Dalam memilih barang
yang akan dibawa pergi mendaki atau kegiatan alam bebas selalu cari
alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan
untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa, contoh :
Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus
sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga
tidak memakan tempat di carrier.
Matras ;
Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika akan pergi
kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian
baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras
diluar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur
pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering
nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan
digunakan matrasnya sudah kotor.
Kantung
Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam carreir
anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah
yang harus anda bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan
selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang barang didalam
carrier anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan
item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin
memilih pakaian, makanan dsb.
Menyimpan Pakaian
;
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Jika anda meragukan carrier yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan
;
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.
Pada gunung-gunung tertentu (misalnya Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.
Menyimpan Korek
Api Batangan ;
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.
Simpan korek api batangan anda didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.
Packing Barang /
Menyusun Barang Di Carrier ;
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.
Selalu simpan barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah.
Perlengkapan
Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko kematiannya merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.
Tentu saja resiko
tersebut terjadi apabila safety-procedure tidak menjadi perhatian
yang serius, tetapi apabila safety-procedure diperhatikan dan sering
berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai titik paling
aman.
Perjalanan alam
bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca, situasi medan dan waktu
yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang hari, oleh karena
itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.
Salah satu “perisai
diri” ketika melakukan aktivitas alam bebas adalah perlengkapan
diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa perlengkapan pribadi
standard.
1. Tutup
kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi pet atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka penutup kepala yang baik adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.
2.
Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat kering.
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat kering.
3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bia terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju [bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan baju dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari bahan katun.
Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal adalah yang mencolok agar bia terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak mengeluarkan energi yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2 atau 3 buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan, mudah kering dan dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan juga baik bila menggunakan bahan dari parasut tipis.
Selain celana panjang, jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan serep ganti.
5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.
Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah jaket. Jaket digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan matahari atau hujan.
Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan (double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas, tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian gunung es].
6. Slepping
bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang ideal adah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang ideal adah dengan menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bial suatu saat basah.
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya, untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya [menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya disediakan kaos kaki serep bial suatu saat basah.
8.
Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya mapu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya mapu menampung perlengkapan dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan berakibat sangat fatal.
9. Alat masak,
makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless].
Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan disembarang tempat.
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya (sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api seperti lilin, spirtus, parafin, dll.
Jangan lupa juga siapkan phiples minum sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis phipless].
Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan
dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan, apalagi kalau pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits
Label:
Materi Pecinta Alam